Kelompok militan Abu Sayyaf Filipina Selatan. (Foto: AP) |
(RajaDumay.com) --- Pengamat
intelijen dan terorisme Ridwan Habib mengungkapkan bahwa tim negosiator Indonesia
berdialog dengan militan Abu Sayyaf menggunakan bahasa Melayu untuk pembebasan
kesepuluh warga negara Indonesia (WNI).
“Tim
Indonesia berkomunikasi dengan militan Abu Sayyaf menggunakan kesamaan bahasa Melayu,
bukan bahasa Tagalog,” kata Ridwan pada Ahad (1/5) malam di salah satu stasiun
swasta Indonesia di Jakarta.
Menurut Ridwan,
jika negosiator Indonesia menggunakan bahasa Tagalog, itu akan menunjukkan
pengakuan Indonesia terhadap pemerintah Filipina yang sedang diperangi oleh
kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Dari
Sulu, kesepuluh WNI diterbangkan ke kota Zamboanga, Filipina yang kemudian
diterbangkan langsung ke Jakarta.
Ridwan
mengapresiasi Presiden RI Joko Widodo dalam keberhasilan ini.
"Ini sebuah
prestasi dan patut kita apresiasi sebab sandera bebas dalam waktu yang tidak
lama,'' katanya.
Dibandingkan dengan
sandera lainnya, dia mengatakan pembebasan 10 WNI itu terbilang berjalan bagus,
sebab semua sandera selamat melalui sebuah negosiasi yang membutuhkan kesabaran
dan kepiawaian.
"Jika kita
melihat misalnya sandera asal Kanada berakhir dengan pemenggalan setelah tujuh
bulan," kata dia.
Sebelumnya
diberitakan, kepolisian Filipina menyebut bahwa 10 WNI yang menjadi sandera
kelompok Abu Sayyaf telah dibebaskan.
Kesepuluh sandera
tersebut diantar ke rumah gubernur setempat, di Pulau Jolo, lokasi yang diduga
menjadi tempat para sandera Abu Sayyaf ditahan.
"Beberapa orang tak dikenal mengantar 10 orang
ABK kapal tunda itu ke rumah Gubernur Abdusakur Tan Jnr," kata kepala
kepolisian Jolo, Junpikar Sitin. (Rudi Hendrik)
0 komentar:
Posting Komentar